Saturday, October 19, 2019

SERANGAN UMUM 1 MARET 1949. Wawancara di Bravos Radio.


Perjuangan TNI, Diplomasi dan Rakyat Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia.

Wawancara saya di Bravos Radio.
Silakan klik:


########


Di tengah perundingan perdamaian yang difasilitasi oleh PBB, belanda mwlanggar Perjanjian Renville dengan melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948.  Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta dan sejumlah menteri ditangkap dan ditahan di beberapa tempat.

Pada akhir Desember 1948 belanda menyatakan, bahwa “aksi polisionalnya” telah selesai. Republik Indonesia dan TNI sudah tidak ada lagi.

Agresi militer belanda dibawa Indonesia ke PBB dan dibahas di Dewan Keamanan.

Pada 28 Januari 1949 PBB mengeluarkan Resolusi No. 67 yang isinya a.l.  mendesak belanda untuk membebaskan para pemimpin RI yang ditahan dan ke meja perundingan dengan pihak Republik Indonesia, yang akan difasilitasi oleh PBB.

Belanda menolak Resolusi PBB tersebut dengan menyatakan, bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi.

Dewan Keamanan PBB rencananya akan bersidang lagi tanggal 10 Maret 1949.

Untuk memperkuat posisi delegasi Indonesia di PBB, atas perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman, TNI melancarkan serangan secara besar2an di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan focus SERANGAN SPEKTAKULER terhadap Ibukota RI, Yogyakarta yang diduduki oleh tentara Belanda.

Tanggal 28 Februari 1949 sudah disiapkan teks dalam bahasa Inggris, yang akan disiarkan pada 1 Maret, setelah terjadinya penyerangan.

Siaran Radio disampaikan secara estafet melalui Pemancar radio milik AURI di Playen dan milik pemerintah RI di Wiladek. Siaran diterima di Banten dan diteruskan ke Bukittinggi. Kemudian dari Bukittinggi siaran dapat ditangkap di Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Siaran dari Kutaraja dapat ditangkap di Singapura dan Birma, yang kemudian diteruskan ke New Delhi.

Siaran dari New Delhi sampai ke Lake Placid, USA, kedudukan PBB waktu itu.

Serangan Umum 1 Maret 1949 berhasil menunjukkan ke dunia internasional kebohongan belanda, bahwa TNI tidak ada lagi. 

Peristiwa ini memengaruhi jalannya Sidang Dewan Keamanan PBB.

Hasilnya adalah, Belanda ditekan untuk ke meja perundingan dengan Republik Indonesia, Konferensi Meja Bundar (KMB).

Agresi milter Belanda kedua yang dimulai tanggal 19 Desember 1948 telah diantisipasi oleh TNI sejak bulan Maret 1948.

Dipersiapkan langkah2 untuk melakukan Perang Gerilya, karena kekuatan TNI pada waktu itu diperkirakan tidak akan sanggup melawan pasukan pihak belanda yang kekuatan tiga kali lipat kekuatan TNI dengan persenjataan yang moderen.

Sedangkan persenjataan di pihak TNI adalah hasil rampasan dari tentara Jepang.

Strategi dan taktik yang diterapkan berhasil menahan kekuatan Belanda dan kakitangannya.

Sampai perundingan KMB, kakuatan Belanda dengan jumlah tentara 150.000 orang yang didatangkan dari belanda,  ditambah 65.000 KNIL serta 50.000 pasukan Cina Po An Tui, tidak berhasil mengalahkan Tentara Nasional Indonesia.

Perang MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN terhadap agresi militer belanda yang dibantu sekutu, antek2 dan kakitangannya menunjukkan, APABILA TNI BERSAMA RAKYAT TIDAK TERKALAHKAN.

***

No comments:

Post a Comment