Perjuangan TNI, Diplomasi dan Rakyat
Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia.
Wawancara
saya di Bravos Radio.
Silakan klik:
########
Di tengah
perundingan perdamaian yang difasilitasi oleh PBB, belanda mwlanggar Perjanjian
Renville dengan melancarkan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948.
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta dan sejumlah menteri ditangkap dan
ditahan di beberapa tempat.
Pada akhir
Desember 1948 belanda menyatakan, bahwa “aksi polisionalnya” telah selesai.
Republik Indonesia dan TNI sudah tidak ada lagi.
Agresi
militer belanda dibawa Indonesia ke PBB dan dibahas di Dewan Keamanan.
Pada 28
Januari 1949 PBB mengeluarkan Resolusi No. 67 yang isinya a.l. mendesak
belanda untuk membebaskan para pemimpin RI yang ditahan dan ke meja perundingan
dengan pihak Republik Indonesia, yang akan difasilitasi oleh PBB.
Belanda
menolak Resolusi PBB tersebut dengan menyatakan, bahwa Republik Indonesia sudah
tidak ada lagi.
Dewan
Keamanan PBB rencananya akan bersidang lagi tanggal 10 Maret 1949.
Untuk memperkuat
posisi delegasi Indonesia di PBB, atas perintah Panglima Besar Jenderal
Sudirman, TNI melancarkan serangan secara besar2an di wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Timur, dengan focus SERANGAN SPEKTAKULER terhadap Ibukota RI, Yogyakarta
yang diduduki oleh tentara Belanda.
Tanggal 28
Februari 1949 sudah disiapkan teks dalam bahasa Inggris, yang akan disiarkan
pada 1 Maret, setelah terjadinya penyerangan.
Siaran Radio
disampaikan secara estafet melalui Pemancar radio milik AURI di Playen dan
milik pemerintah RI di Wiladek. Siaran diterima di Banten dan diteruskan ke
Bukittinggi. Kemudian dari Bukittinggi siaran dapat ditangkap di Kutaraja
(sekarang Banda Aceh). Siaran dari Kutaraja dapat ditangkap di Singapura dan
Birma, yang kemudian diteruskan ke New Delhi.
Siaran dari
New Delhi sampai ke Lake Placid, USA, kedudukan PBB waktu itu.
Serangan
Umum 1 Maret 1949 berhasil menunjukkan ke dunia internasional kebohongan
belanda, bahwa TNI tidak ada lagi.
Peristiwa
ini memengaruhi jalannya Sidang Dewan Keamanan PBB.
Hasilnya
adalah, Belanda ditekan untuk ke meja perundingan dengan Republik Indonesia,
Konferensi Meja Bundar (KMB).
Agresi
milter Belanda kedua yang dimulai tanggal 19 Desember 1948 telah diantisipasi
oleh TNI sejak bulan Maret 1948.
Dipersiapkan
langkah2 untuk melakukan Perang Gerilya, karena kekuatan TNI pada waktu itu
diperkirakan tidak akan sanggup melawan pasukan pihak belanda yang kekuatan
tiga kali lipat kekuatan TNI dengan persenjataan yang moderen.
Sedangkan
persenjataan di pihak TNI adalah hasil rampasan dari tentara Jepang.
Strategi dan
taktik yang diterapkan berhasil menahan kekuatan Belanda dan kakitangannya.
Sampai
perundingan KMB, kakuatan Belanda dengan jumlah tentara 150.000 orang yang
didatangkan dari belanda, ditambah 65.000 KNIL serta 50.000 pasukan Cina
Po An Tui, tidak berhasil mengalahkan Tentara Nasional Indonesia.
Perang
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN terhadap agresi militer belanda yang dibantu sekutu,
antek2 dan kakitangannya menunjukkan, APABILA TNI BERSAMA RAKYAT TIDAK
TERKALAHKAN.
***
No comments:
Post a Comment