Tuesday, December 25, 2012

Masjid Imam Ali di Hamburg, Jerman. Satu Bentuk Toleransi

Catatan Batara R. Hutagalung

Orang-orang kaya di kota Hamburg, Jerman, memberikan satu contoh toleransi. Di tengah-tengah kompleks pemukiman mewah, pada tahun 1962 didirikan satu masjid yang megah, yang dinamakan Masjid Imam Ali.


Di Hamburg, pada 25 Agustus 2012 yang lalu Masjid Imam Ali merayakan secara besar-besaran 50 tahun berdirinya masjid tersebut. Karena warna catnya didominasi warna biru, maka Masjid itu juga dikenal sebagai Masjid Biru (Bahasa Jerman: Die blaue Moschee). Masjid itu terletak di komplek perumahan mewah, di tepi Danau Alster yang indah.
Gagasan mendirikan masjid syiah tersebut muncul tahun 50-an. Tahun 1961 dimulai pembangunan masjidnya, dan sampai sekarang dikembangkan terus.
Masjid itu menjadi Pusat Islam Hamburg (Islamisches Zentrum Hamburg).
Ini adalah masjid syiah tertua di Jerman.

Di dalamnya terdapat permadani terbesar di dunia dengan diameter 16 meter, dengan luas 200 meter persegi. Dikerjakan oleh 22 perajin permadani selama 3 tahun.

Masjid Imam Ali (Die blaue Moschee) di Hamburg, Jerman

Harga lahannya tahun 1953 adalah 250.000 DM, dan biaya pembangunannya tahun 1961 sebesar 2 juta DM. Dengan index harga sekarang dapat mencapai100 milyar rupiah. Dibiayai oleh sumbangan para pengusaha Iran yang ada di Jerman dan dari Iran.
Warga Hamburg sangat senang dengan keberadaan masjid tersebut, yang sering dikunjungi oleh siswa-siswi Hamburg. Juga menjadi salahsatu tujuan wisata di kota Hamburg.
Masjid itu dinyatakan sebagai TEMPAT TOLERANSI DAN KEBHINEKAAN BUDAYA  KOTA KITA HAMBURG. (Dalam bahasa Jerman: Sie ist ein Ort der Toleranz und der kulturellen Vielfalt unserer Stadt Hamburg.)

Karena masjid tersebut adalah masjid Syiah, sedangkan mayoritas dari sekitar 130.000 umat muslim di Hamburg adalah Suni, maka direncanakan untuk mendirikan satu masjid lagi. gagasan ini didukung oleh Bishop (Uskup) Jepsen, pemuka agama Kristen di Hamburg. Selama ini, umat muslim yang beraliran Suni banyak yang menjalankan ibadah salatnya di masjid ini. Selama puluhan tahun kaum Suni dan Syiah hidup berdampingan dengan damai.

Pada peringatan 50 tahun Masjid Biru tersebut, hadir dan memberi sambutan yang sangat positif para petinggi pemerintah kota dan masyarakat Hamburg.
Berita mengenai perayaan tersebut dapat dibaca (dalam bahasa Jerman) di:

50 Jahre  blaue Moschee in Hamburg

Kalau datang ke Hamburg, jang lupa berkunjung ke masjid ini.

(Catatan: saya tinggal di Hamburg dari tahun 1965 – 1992)


Wassalam,

Batara R. Hutagalung

1 comment:

Anonymous said...

Vielen Dank, Bang Batara, InsyaAllah bila awal March jadi ke Remscheid and Genewa.