Wednesday, October 27, 2021

HENTIKAN KEBOHONGAN “SUMPAH PEMUDA.”

 

HENTIKAN KEBOHONGAN “SUMPAH PEMUDA.”

 

Catatan Batara R. Hutagalung

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah

(FKMPS)


 "Itu memang bukan kegiatan sumpah- menyumpah. Resmi disebut sebagai 'Hari Sumpah Pemuda' baru tahun 1959, melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959, tanggal 16 Desember 1959."

Demikian tanggapan Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir Effendi, sebagaimana ditulis dalam suara.com, pada Sabtu, 31 Oktober 2020, menanggapi tulisan saya: “28 OKTOBER 1928, TIDAK ADA SUMPAH PEMUDA.”

 Sebelum menjadi tanggal untuk memeringati , tanggal 28 Oktober diperingati sebagai “Hari Lagu Indonesia Raya.”

 Dalam kongres pemuda kedua tahun 1928, juga tidak ada pembacaan sumpah atau ikrar bersama. Yang dibacakan oleh Ketua Sidang, Sugondo Joyopuspito, adalah hasil dari kongres pemuda pertama tahun 1926.

 Sampai tahun 1926 di wilayah jajahan Belanda di Asia Tenggara, Nederlands IndiĆ« (India Belanda), semua organisasi pemuda pribumi berdasarkan kesamaan etnis (suku), atau berasal dari pulau yang sama atau berdasarkan kesamaan agama, a.l. Jong Ambon (Pemuda), Jong Bataksche Bond (Ikatan Pemuda Batak), Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun (Pemuda Sunda), Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond (Ikatan Pemuda Islam), dll. Tidak ada satupun organisasi pemuda pribumi yang berdasarkan multi etnis.

 Embrio persatuan organisasi-organisasi pemuda pribumi di wilayah jajahan Belanda, Nederlands IndiĆ« (India Belanda), bukan di Kongres Pemuda kedua, melainkan di Kongres Pemuda pertama yang waktu itu dalam bahasa Melayu dinamakan sebagai KERAPATAN BESAR PEMUDA INDONESIA PERTAMA. Kerapatan Besar tersebut diselenggarakan di Batavia (sekarang Jakarta), dari tanggal 30 April – 2 Mei.

 Demikian juga gagasan SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA, muncul dalam kerapatan pertama tahun 1926, bukan dalan kerapatan kedua tahun 1928.

 Kerapatan besar pertama tersebut terselenggara sebagai hasil pertemuan pertemuan besar pertama para pemuda dari berbagai etnis yang masih tergabung dalam berbagai organisasi pemuda yang berdasarkan etnis.

 Pertemuan diselenggarakan tanggal 15 November 1925 di gedung Lux Orientis, Batavia. Hadir pemuda-pemuda dari Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, Sekar Rukun dan beberapa peminat perorangan. Pada pertemuan tersebut, mereka belum mewakili organisasi, melainkan masih sebagai penjajakan.

 Pertemuan ini terselenggara atas dorongan, bahkan desakan dari Perhimpunan Indonesia, yang pada 19 Februari 1922 telah mencetuskan gagasan mendirikan negara bangsa (Nation state) yang akan dinamakan INDONESIA. Salahsatu syarat utama untuk membentuk negara bangsa, adalah adanya persatuan dari ratusan etnis/suku yang ada di wilayah jajahan Belanda.

 Organisasi-organisasi, bahkan partai politik sudah ada yang tidak berdasarkan etnis atau agama, namun belum ada satupun organisasi pemuda pribumi di India Belanda yang berdasarkan multi etnis atau mencakup berbagai agama.

 Oleh karena itu, kalau ingin memeringati awal dari gerakan mempersatukan organisasi-organisasi pemuda pribumi, maka yang harus diperingati adalah KERAPATAN BESAR PEMUDA INDONESIA PERTAMA.

 Juga yang HARUS diperingati adalah 100 TAHUN dicetuskannya gagasan mendirikan negara bangsa (nation state) yang akan dinamakan INDONESIA. sebagaimana telah ditulis di atas, gagasan tersebut dicetuskan pada 19 Februari 1922, ketika Ketua Perhimpunan Indonesia adalah Hermen Kartowisastro

 Silakan klik tulisan2 saya di bawah ini:

 

28 OKTOBER 1928: TIDAK ADA SUMPAH PEMUDA

 Selengkapnya, silakan klik:

https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/10/28-oktober-1928-tidak-ada-sumpah-pemuda.html

 ########

Pernyataan Menko PMK, Prof. Muhadjir Effendi.

 (Lihat: https://www.suara.com/news/2020/10/31/000500/sejarawan-sebut-tak-ada-ikrar-sumpah-pemuda-1928-ini-tanggapan-pemerintah)

 ########

 KONGRES PEMUDA I

Embrio Persatuan Pemuda Indonesia dan Gagasan Mendirikan Negara, Membentuk Bangsa Serta “Menciptakan” Bahasa Indonesia.

 Selengkapnya, silakan klik:

https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/07/kongres-pemuda-i-embrio-persatuan.html

 ########

 Tinjauan Buku “45 TAHUN SUMPAH PEMUDA”

 https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/11/tinjauan-buku-45-tahun-sumpah-pemuda.html

 ########

 Perjuangan Membentuk Bangsa Indonesia

Dan Mendirikan Negara Bangsa (Nation State) Indonesia

 MANIFESTO POLITIK PERHIMPUNAN INDONESIA TAHUN 1925

 Selengkapnya, silakan klik:

https://batarahutagalung.blogspot.com/2021/05/manifesto-politik-perhimpunan-indonesia.html

 

########

 MOHAMMAD TABRANI  SOERJOWITJITRO,  “BAPAK BAHASA INDONESIA”

 Selengkapnya, silakan klik:

https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/08/mohammad-tabrani-soerjowitjitro-bapak.html

 

########

 BANGSA INDONESIA LAHIR TANGGAL 17 AGUSTUS 1945

 Selengkapnya, silakan klik:

https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/05/bangsa-indonesia-lahir-tanggal-17.html

########

 

 Di bawah ini beberapa artikel pendapat para sejarawan mengenai rekayasa dan kebohongan "Sumpah Pemuda."

 Dapat dicari di google artikel-artikel lain.

 ########

 Sumpah Pemuda,Antara Fakta dan Dusta:

https://baranom.wordpress.com/2014/05/03/sumpah-pemuda-antara-fakta-dan-dusta/ 

 ######## 

REKAYASA SUMPAH PEMUDA:

https://panmohamadfaiz.com/2015/10/28/rekayasa-sumpah-pemuda/ 

 ########

 Sejarawan JJ Rizal: Sumpah Pemuda kebohongan besar

27 Oktober 2012

 https://m.merdeka.com/peristiwa/sejarawan-jj-rizal-sumpah-pemuda-kebohongan-besar.html 

 ########

 

Tuesday, September 28, 2021

BENTENG KEDUNG COWEK SURABAYA Bangunan Cagar Budaya “Warisan” Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung

 

BENTENG KEDUNG COWEK SURABAYA

Bangunan Cagar Budaya

“Warisan” Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung

 

 

                Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa

          Pahlawannya”

 

 

Catatan Batara R. Hutagalung

 

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surabaya No. 188.45/261/ 436.1.2/ 019 tanggal 31 Oktober 2019, Benteng Kedung Cowek yang berlokasi di Jl. Kedung Cowek, Kecamatan Bulak Surabaya, ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB). Penetapan Benteng Kedung Cowek di Surabaya sebagai BCB memakan waktu cukup lama dan melalui proses yang tidak mudah. 

 

 


Benteng Kedung Cowek di Surabaya.

Benteng mempertahankan kemerdekaan Indonesia terhadap agresi militer Inggris.

Kondisinya sangat tidak terawat.

(Untuk memperbesar, silakan klik fotonya)

 

 


 

 


 

 

Generasi muda di Surabaya pecinta sejarah yang tergabung dalam komunitas Roode Brug Soerabaia (Jembatan Merah Surabaya) yang didirikan oleh Ady Setyawan, sejak tahun 2010 mulai menggali informasi mengenai Benteng di Kedung Cowek tersebut. Informasi ini diperoleh dari buku karya Batara R. Hutagalung dengan judul “10 NOVEMBER 1945. MENGAPA INGGRIS MEMBOM SURABAYA?” yang diterbitkan pada bulan Oktober 2001. Dalam buku ini ditulis, bahwa dalam perang melawan agresi militer tentara Inggris yang dimulai tanggal 10 November 1945 di Surabaya, di Benteng Kedung Cowek ditempakan Pasukan Sriwijaya. 

 

 


Komunitas Roode Brug Soerabaia

 


Komunitas Roode Brug Soerabaia

 

 

Sumber pertama dan utama dari Batara R. Hutagalung adalah penuturan ayahnya, Letkol TNI (Purn.) dr. Wilater Hutagalung (20.3.1910 – 29.4.2002), pelaku sejarah yang ikut dalam pertempuran di Surabaya tanggal 28 – 30 Oktober 1945, dan dalam perang melawan tentara Inggris di Surabaya yang dimulai tanggal 10 November 1945.

 

Pasukan Sriwijaya adalah bekas anggota Giyugun (tentara sukarela) yang direkrut dan dilatih oleh tentara Jepang di Sumatra sejak bulan September 1943, di masa Perang Dunia II/Perang Asia Pasifik. Di Jawa, tentara sukarela ini dinamakan Heiho. Para pemuda yang direkrut menjadi anggota Giyugun adalah putra-putra dari keluarga pribumi yang terpelajar yang tinggal di Sumatra Utara, terutama di kota Medan dan sekitarnya.

 

Menjelang akhir perang, karena kekurangan serdadu, sekitar 2000 anggota Giyugun dari Sumatra Utara dibawa oleh tentara Jepang ke Morotai, Halmahera Utara, untuk membantu tentara Jepang dalam perang menghadapi tentara Amerika Serikat di bawah komando Letjen Douglas McArthur.

 

Setelah Jepang menyatakan menyerah kepada tentara Sekutu pada 15 Agustus 1945, sisa pasukan Giyugun di Morotai dilepaskan dan tidak diurus oleh tentara Jepang kepulangan mereka ke Sumatra Utara. Semua mencari jalan sendiri-sendiri atau dengan kelompoknya.  Dalam perjalanan kembali ke Sumatra melalui pantai Barat Sulawesi, sebagian tinggal di Majene, sekarang termasuk Provinsi Sulawesi Barat. Sekitar 400 orang melanjutkan perjalanan sampai ke Madura, kemudian mereka menyeberang ke Surabaya.

 

Secara kebetulan, Kol. TNI dr. Wiliater Hutagalung bertemu dengan dua orang pimpinan rombongan Giyugun tersebut di suatu pasar di Surabaya. Kepada mereka disampaikan, bahwa Indonesia telah merdeka, dan di Surabaya sedang dibentuk tentara Indonesia. Mereka disarankan untuk tinggal di Surabaya dan membentuk pasuka sendiri setingkat batalyon. Mereka setuju, dan menamakan pasukan mereka sebagai Pasukan Sriwijaya. Pemimpinnya adalah Jansen Rambe, sehingga pasukannya dikenal sebagai Pasukan Jansen Rambe. Setelah Reorganisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) TNI tahun 1948, semua pangkat di TNI diturunkan, termasuk Kol. TNI dr. Wiliater Hutagalung yang pangkatnya turun menjadi Letnan Kolonel.

 

Dalam pertempuran tanggal 28 – 30 Oktober 1945 di Surabaya, pasukan Sriwijaya ikut dalam penyerangan terhadap pos-pos pertahanan Brigade 49 tentara Inggris di bawah komando Brigjen AWS Mallaby. Dalam perang melawan agresi militer tentara Inggris yang dimulai tanggal 10 November 1945, mereka ditempatkan di perbentengan di Kedung Cowek di pesisir Surabaya, karena mereka memiliki pengalaman berperang melawan tentara Amerika dan sanggup mengoperasikan meriam-meriam besar bekas milik tentara Jepang.

 

Dalam perang yang berlangsung selama sekitar 3 minggu, sepertiga dari pasukan Sriwijaya gugur di Kedung Cowek di Surabaya, kota yang mereka tidak kenal sama sekali, hanya dengan semangat mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamirkan 3 bulan sebelumnya, tepatnya pada 17 Agustus 1945. Sudah selayaknya, tempat dan bangunan di mana mereka berjuang dan gugur, dikenang dan dihargai oleh generasi muda Indonesia umumnya, dan generasi muda di Sumatra Utara dan di Surabaya khususnya.

 

***

 

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ady Setyawan, Ketua dari Roode Brug Soerabaia di Belanda mengenai Benteng Kedung Cowek di Surabaya diketahui, bahwa benteng tersebut mulai dibangun awal tahun 1900-an. Jadi usianya telah lebih dari 100 tahun. Kemudian diketahui, bahwa dalam perang melawan tentara Inggris, Benteng Kedung Cowek menjadi benteng perlawanan yang dahsyat dan heroik, namun dengan pengorbanan jiwa banyak pemuda pejuang asal Sumatra Utara.

 

Tahun 2015 komunitas Roode Brug Soerabaia resmi mengajukan usul kepada Pemerintah Kota Surabaya, agar menetapkan Benteng Kedung Cowek sebagai Bangunan Cagar Budaya.

 

Setelah 5 tahun dan melalui proses yang cukup rumit serta tidak mudah, akhirnya perjuangan generasi muda pecinta sejarah yang tergabung dalam komunitas Roode Brug Soerabaia berhasil. Pemerintah Kota Surabaya menetapkan Benteng Kedung Cowek sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Pemkot Surabaya..

 

Diharapkan generasi muda Indonesia umumnya dan generasi muda Surabaya khususnya., dapat mengetahui pengorbanan para pemuda asal Sumatra Utara tahun 1945 dalam perang di Surabaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

 

Kisah Benteng Kedung Cowek di Surabaya, yang kini menjadi Bangunan Cagar Budaya, berawal dari penuturan pelaku sejarah, Letkol TNI (Prn.) dr. Wiliater Hutagalung. Mengenai kisah Benteng Kedung Cowek ini pertama kali dikenal oleh masyarakat Indonesia melalui buku “10 NOVEMBER 1945. MENGAPA INGGRIS MEMBOM SURABAYA?”, karya Batara R. Hutagalung, yang adalah  putra Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung.

 

 


 

Tahun 2016 riwayat perjuangan Letkol TNI (Prn.) dr. Wiliater Hutagalung diterbitkan dengan judul “Autobiografi Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung. Putra Tapanuli Berjuang di Pulau Jawa,” Di dalam buku ini cukup rinci ditulis mengenai Pasukan Sriwijaya, yang terdiri dari para pemuda asal Sumatra Utara, yang berjuang dan gugur di Benteng Kedung Cowek di Surabaya.

 

Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa Benteng Kedung Cowek di Surabaya ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya berkat adanya penuturan dari Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung, putra Tapanuli yang ikut mendirikan BKR/TKR di Surabaya yang merupakan cikalbakal Divisi Brawijaya. Letkol TNI dr. Wiliater Hutagalung ikut dalam perang mempertahankan kemerdekaan melawan agresi militer Inggris di Surabaya bulan Oktober/November 1945.

 

 


 


 

 

 Di bawah ini beberapa link berita di media-media sehubungan dengan pengusulan Benteng Kedung Cowek di Surabaya sebagai Bangunan Cagar Budaya.

 

 

********

 

PASUKAN SRIWIJAYA

 

Cuplikan dari buku Autobiografi Letkol. TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung, “Putra Tapanuli Berjuang di Pulau Jawa" mengenai Pasukan Sriwijaya yang ikut dalam perang di Surabaya bulan Oktober/November 1945 di Surabaya.

 

Pasukan Sriwijaya sebagian besar terdiri dari Putra-putra Tapanuli, Aceh dan Deli dari Sumatra Utara.

 

Silakan klik:

 

https://batarahutagalung.blogspot.com/2019/10/pasukan-sriwijaya.html 

 

 

********

 

 

Menapak Sengitnya Pertempuran Benteng Kedung Cowek.

 

24 Juni 2013   

 

 Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/asisi/552861a5f17e6192458b456c/menapak-sengitnya-pertempuran-benteng-kedung-cowek

 

Catatan: Kelihatannya sumbernya juga dari buku saya:

“10 NOVEMBER 1945. MENGAPA INGGRIS MEMBOM SURABAYA?”

 

 

********

 

Benteng Kedungcowek jadi Saksi Bisu 10 November

 

Jumat, 4 Desember 2015

 

https://jatim.antaranews.com/berita/168990/benteng-kedungcowek-jadi-saksi-bisu-10-november 

 

********

 

Petisi dari Roode Brug Soerabaia.

 

Benteng Kedungcowek, Tantangan Pemerintah dan Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surabaya Menemukan Kembali Jiwa Kota Pahlawan Pada Hari Jadinya ke-726

 

Kisah tentang benteng ini ditulis dalam buku autobiografi Letkol. TNI (Purn) dr. Wiliater Hutagalung. 

 

 

Silakan klik:

https://petisi-change-org.com/index.php/home/petition_detail/483 

 

 

********

 

HUT Kota Surabaya dan Pasukan Sriwijaya

 

Kisah benteng di Surabaya yang dipertahankan para pemuda Sumatera. Apa gerangan nasibnya?

 

04 Jun 2019

 

Silakan klik:

 

https://historia.id/urban/articles/hut-kota-surabaya-dan-pasukan-sriwijaya-PKkpm 

 

 

********

 

POLEMIK Benteng Kedung Cowek hingga Surat Terbuka Kepada Walikota Surabaya dari Polandia

 

21 September 2019

 

Surat terbuka dari seorang mahasiswa Indonesia asal Surabaya yang kuliah di Polandia, sehubungan dengan pengusulan Benteng Kedung Cowek sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB).

 

Silakan klik:

 

https://roodebrugsoerabaia.com/2019/09/polemik-benteng-kedung-cowek-hingga-surat-terbuka-kepada-walikota-surabaya-dari-polandia/

 

 

********

 

Benteng Kedung Cowek Resmi Jadi Bangunan Cagar Budaya di Surabaya

 

06 Mei 2020, 

 

 - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menetapkan Benteng Kedung Cowek yang berlokasi di Jalan Kedung Cowek, Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak Surabaya sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB).

 

Penetapan benteng sebagai BCB ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota Surabaya Nomor: 188.45/ 261 / 436.1.2/2019 tanggal 31 Oktober 2019.

 

Silakan klik:

 

https://www.liputan6.com/surabaya/read/4247345/benteng-kedung-cowek-resmi-jadi-bangunan-cagar-budaya-di-surabaya 

 

 ********

 

 

Riwayat Perjuangan Letkol. TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung

Disadur dari Autobiografi Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung:

‘Putra Tapanuli Berjuang di Pulau Jawa’

 

Silakan klik:

 

https://batarahutagalung.blogspot.com/2020/04/riwayat-perjuangan-letkol-tni-purn-dr.html

 

********