Monday, May 21, 2012

Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB)


  
Disampaikan oleh Batara R. Hutagalung
Bidang Humas FSAB

Pendahuluan
Indonesia, negeri seribu konflik. Mungkin tidak berlebihan menyebut angka seribu, melihat maraknya konflik yang setiap hari dapat dibaca di media cetak dan dilihat di televisi. Latar belakang dan penyebab terjadinya konflik-pun sangat beragam, dari mulai konflik yang berlatar belakang atau berkedok agama, ras, etnis, ideologi, sampai ke konflik-konflik yang menyangkut kehidupan sehari-hari, seperti perebutan lahan parkir, ketersinggungan antar kelompok, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, antar kampung, penggusuran lahan, dsb.

Pemerintah, tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dinilai tidak sanggup menyelesaikan permasalahan yang mengakibatkan terjadinya berbagai konflik, baik horisontal maupun vertikal. Bahkan dalam konflik-konflik tertentu, seperti yang berlatar belakang atau berkedok agama, pemerintah terkesan melakukan politik pembiaran, sehingga dinilai sengaja melakukan ini untuk mengalihkan isu dari masalah-masalah besar lain yang dihadapi oleh pemerintah.

Banyak konflik-konflik besar berakar di masa lalu, di sejarah, terutama yang sehubungan dengan konflik ideolog, agama dan antar etnis, yang menjadi konflik warisan. Beberapa konflik warisan memang tidak menjadi masalah besar di masa ini, namun ganjalan ini masih terlihat, seperti antara etnis Sunda dengan etnis Jawa. Di seluruh Jawa Barat dan Banten tidak akan ditemukan nama-nama jalan seperti di daerah daerah lain, yaitu nama Gajah Mada, Hayam Wuruk dan Majapahit. Akarnya ada di peristiwa yang dikenal sebagai Perang Bubat, yang terjadi tahun 1357 (!). Lihat:

Demikian juga ganjalan yang hingga kini masih dirasakan di Tanah Batak terhadap etnis Minangkabau. Hal ini berakar pada peristiwa agresi tentara Padri ke Tanah Batak Selatan tahun 1816, yang oleh sejumlah kalangan di Batak, yang menjadi penyebab terpisahnya Tanah batak menjadi dua wilayah agama, yaitu Batak Selatan mayoritasnya beragama Islam, dan Batak Utara mayoritasnya beragama Kristen. Lihat: http://batarahutagalung.blogspot.com/2006/04/tuanku-rao-terror-agama-islam-mazhab.html

Sejarah Indonesia mencatat, beberapa tahun setelah timbul gerakan gerakan nasional melawan penjajahan Belanda, mulai muncul perbedaan pandangan mengenai cara melawan penjajah, yang pada awalnya dapat dibagi menjadi dua kubu, yaitu yang dahulu disebut Co (masih bersedia kooperasi dengan Belanda) dan Non Co (menolak kooperasi dengan Belanda). Lihat:

Sejak tahun 1946, setahun setelah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia yang   melepaskan diri dari belenggu penjajahan Belanda dan penduduk Jepang, konflik-konflik internal makin meruncing dengan tindakan saling tangkap dan culik dan bahkan berujung kepada konflik bersenjata di antara para pejuang kemerdekaan itu sendiri. Banayak pertentangan bereskalasi ke konflik vertikal dan horizontal seperti a.I. yang terjadi di Jawa Barat di mana awalnya Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo dan para pengikutnya berjuang melawan Belanda, namun kemudian karena terjadi pandangan yang sangat berbeda, terjadi konflik bersenjata dengan pemerintah RI.

Di tahun 50-an, konflik antara para pejuang kemerdekaan di daerah-daerah di luar Jawa dengan Pemerintah Pusat di Jakarta disebabkan karena adanya kesenjangan ekonomi dan pembangunan antara pusat dan daerah. Konflik antara daerah dan pusat juga bersekalasi ke konflik bersenjata, seperti yang dilakukan oleh Tengku M. Daud Beureu'eh yang semasa agresi milter Belanda ke II, adalah Gubernur Militer RI untuk Aceh. Demikian juga yang terjadi di Sumatera dan Sulawesi dimana konflik memuncak dengan dinyatakan berdirinya Pemerintah Revolusioner RI (PRRI) di Sumatera dengan tokohnya a.I. Syafruddin Prawiranegara SH., yang selama agresi militer Belanda ke II tahun 1948-1949 memimpin Pemerintah Darurat RI (PDRI), dan deklarasi PERMESTA di Sulawesi dengan tokohnya a.l. Kolonel TNI Alex Evert Kawilarang, yang selama agresi militer II menjadi Wakil Gubernur Militer untuk Sumatera Timur dan Tapanuli Selatan merangkap Panglima TNI Teritorium VII.

Konflik-konflik bersenjata tersebut berakhir dengan penumpasan PRRI, PERMESTA, DI/TII dll. Kartosuwiryo tertangkap tahun 1962 dan dijatuhi hukuman mati, yang dilaksanakan tidak lama setelah jatuhnya putusan pengadilan. Sementara konflik di Aceh dapat diselesaikan dengan jalan damai.

Konflik-konflik yang timbul setelah tahun 1965 mempunyai ciri berbeda, a.I. ideologi, dan keagamaan serta isu separatisme yang semakin meruncing. Pada akhir September/awal Oktober 1965 terjadi peristiwa yang dinamakan G30S/GESTOK, dimana beberapa Perwira Tinggi TNI AD, yaitu Letjen A. Yani, Mayjen S. Parman, Mayjen R. Suprapto, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen M.T. Haryono, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo menjadi korban. Partai Komunis Indonesia di bawah pimpinan D.N. Aidit dituduh mendalangi peristiwa tersebut. Hingga kini peristiwa ini masih sangat kontroversial karena ada beberapa versi yang masih menjadi perdebatan baik di kalangan peneliti sejarah maupun di kalangan pelaku sejarah sendiri.

Setelah peristiwa yang terakhir ini, bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya terpecah menjadi dua, yaitu yang di tuduh mendukung G30S dan yang menentang PKI. Akibatnya, ratusan ribu orang Indonesia yang di tuduh menjadi anggota atau pendukung PKI ditangkap dan dibunuh tanpa proses. Jumlah korban tidak diketahui dengan pasti. Di samping itu puluhan ribu orang dipenjara atau dibuang ke Pulau Buru, juga tanpa ada proses pengadilan. Ratusan ribu keluarga terpecah belah. Puluhan ribu anak-anak kehilangan orangtuanya secara paksa, dan puluhan tahun keturunan mereka yang mendapat stempel PKI, kehilangan berbagai Hak Asasi mereka.

Melihat latar belakang sejarah seperti ini, sampai sepuluh tahun yang lalu nampaknya mustahil bagi anak-cucu dari mereka yang dahulu bertikai, untuk dapat melakukan suatu rekonsiliasi. Sanggupkah mereka mengesampingkan dendam pribadi yang didasari konflik warisan, dan mengedepankan kepentingan nasional? Sanggupkah keturunan dari mereka yang tewas akibat konflik kekerasan dalam politik, bersikap dan bertindak sebagai Negarawan, yaitu mendahulukan kepentingan Bangsa dan Negara?

Berdirinya Forum Silaturahmi Anak Bangsa
Pada hari Minggu tanggal 25 Mei 2003, setelah beberapa tahun dilakukan pendekatan secara pribadi, berhasil diselenggarakan acara Silaturahmi yang dihadiri oleh 41 orang, termasuk putra-putri dari mereka yang tewas akibat konflik bersenjata dan mereka yang dahulu sangat berseberangan dalam politik/ideologi. Mereka ternyata dapat bertemu dalam suasana yang akrab, sehingga dapat di katakan bahwa tampak secercah titik terang, yang memberi harapan baru bagi kelangsungan kehidupan yang rukun bangsa Indonesia, yang sedang terancam bahaya disintegrasi akibat semakin menguatnya politik aliran, sektarian, dan kedaerahan.

Mereka adalah:
1.      Agus Widjojo, Letjen TNI (Purn.). Putra Mayjen TNI (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo, Pahlawan Revolusi
2.      Agustanzil Sjahroezah. Putra Djohan Sjahroezah, Sekjen Partai Sosialis Indonesia (PSI).
3.      Ahmad Zahedi. Cucu Tengku M. Daud Beureu'eh, Imam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)/Gubernur Militer RI semasa agresi militer Belanda II.
4.      Amelia A. Yani. Putri JenderaL TNI (Anumerta) Ahmad Yani,  Pahlawan Revolusi.
5.      Arief Moenandar (Alm.), Ir., alumnus Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa, Moskow.
6.      Ashoka Siahaan, Pemuda Panca Marga (PPM).
7.      Bambang Indartono, Ir., alumnus Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa, Moskow.
8.      Batara R, Hutagalung. Putra Letkol TNI (Purn.) Dr. W. Hutagalung, mantan Kwartiermeestergeneral Staf Q TNI 1949 - 1950.
9.      Budi Dede Wiramihardja (Alm).
10.  Dadeng Adikarna. Putra Wiranagapati, mantan PanglimaDI/TII.
11.  Djoko Purwogembono, mantan Ketua Umum Pemuda Panca Marga (PPM).
12.  Edwin Kawilarang. Putra Kolonel Alex E. Kawilarang, mantan Panglima TNI Teritorium VII/tokoh PERMESTA.
13.  Eko Tjokrodjojo. Mantan aktifis PMKRI (Persatuan Mahasiswa Katolik RI).
14.  Ghazi Hussien Yoesoef (Alm). Putra Hussien Yoesoef, mantan Panglima TNI Divisi X Sumut/Panglima DI/TII Aceh.
15.  Gurmilang Kartasasmita, dr. Putra Mayjen TNI (Purn.) Didi Kartasasmita.
16.  Hardoyo Fredi Suwardi (Alm.). Mantan Ketua Umum CGMI/Ketua Presidium PPMI.
17.  Ilya Arslaan Sjahroezah. Putra alm. Djohan Sjahroezah, Sekjen PSI.
18.  Jaya Senjaya. Putra Senjaya, Mantan Panglima DI/TII.
19.  Joesoef Faisal, Pendiri Pemuda Panca Marga (PPM).
20.  Masya Pandjaitan (Alm.). Putri Mayjen TNI (anumerta) D.I. Pandjaitan, Pahlawan Revolusi.
21.  Moh. Basyir. Cucu H.O.S. Tjokroaminoto, Pahlawan Nasional.
22.  Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Dr. Putri Mayjen TNI (Anumerta) Sutojo  Siswomihardjo, Pahlawan Revolusi.
23.  Nehemiah Lawalatta. Mantan Sekjen Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
24.  Rianto N. Haryono. Putra (Alm.) Mayjen. (Anumerta) M.T. Haryono, Pahlawan Revolusi.
25.  Ridwan Suryadi, Pemuda Khatolik.
26.  Robert M. Siahaan, PPM.
27.  Ruth Indiah Rahayu, Women Communication & In formation Centre.
28.  Salomo Pandjaitan, Dipl.-Ing. Putra Mayjen TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan. Pahlawan Revolusi.
29.  Sarjono Kartosuwiryo, Ir. Putra (Alm.) Sekarmaji Marijan  Kartosuwiryo, . Imam DI/NII
30.  Soleh Denny Alamsyah Ratuprawiranegara. PPM. Putra (Alm.) Alamsyah Ratuprawiranegara.
31.  Sugiarto Suparjo, Drg. (Alm.). Putra alm. Brigjen "Jenderal Merah" Suparjo.
32.  Suwardi Nurdin, PPM.
33.  Suryo Susilo, PPM. Putra Kol. R Ngaeran.
34.  Tata Sintanauli Siregar (Alm). Putra seorang Digulis.
35.  Tatto S. Pradja Manggala. Tokoh peristiwa Puskav, putra alm. Kolonel TNI Suhanda Brata Manggala.
36.  Tigor Siregar (Alm). Pendiri PPM. Putra seorang Digulis..
37.  Tina Harun Kabier (Alm). Cucu Aruji Kartawinata, mantan Menteri Muda Pertahanan RI (1947).
38.  Tjokro Soeprijanto (Alm.). Pendiri Forum Komunikasi Putra-putri TNI (FKPPI).
39.  Wageono. Keponakan Daino Pathuk.
40.  Yap Hong Gie. Putra Yap Thiam Hien, SH.
41.  Zainal Yusuf. Forum Komunikasi Putra Putri TNI (FKPPI)

Disepakati pembentukan wadah yang dinamakan Forum Silaturahmi Anak Bangsa, disingkat: FSAB, yang meneruskan semangat yang timbul dalam pertemuan tersebut. Dalam Silaturahmi berikutnya pada 23 Agustus 2003 dan kemudian pada 22 September 2003, disahkan visi dan misi serta Pedoman Dasar FSAB. Kemudian ditetapkan para Pemrakarsa (mereka yang melakukan pembicaraan-pembicaraan awal sebelum pertemuan resmi pertama), dan Dewan Pendiri serta susunan Badan Pelaksana Organisasi.
SEMANGAT FSAB:
BERHENTI MEWARISKAN KONFLIK – TIDAK MEMBUAT KONFLIK BARU!

Pemrakarsa Silaturahmi:
Agus Widjojo, Ahmad Zahedi, Ashoka Siahaan, Djoko Purwongemboro, Eko Tjokrodjojo, Ghazi Hussien Yoesoef (Alm), Hardoyo Fredi Suwardi (Alm), Yoesoef Faisal, Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Nehemia Lawalatta, Ridwan Soeryadi, Sarjono Kartosuwiryo, M.Soleh Denny Alamsyah, Sugiarto Supardjo (Alm), Suryo Susilo, Tata Sintanauli Siregar (Alm.), Tatto.S.Pradjamanggala, Tigor Siregar (Alm.), Yap Hong Gie dan Zainal Hamid (Alm.).

Pendiri FSAB:
Agus Widjojo, Agustanzil Syahroezah, Amelia A.Yani, Arief Moenandar (Alm), Batara Richard Hutagalung, Djoko Poerwongemboro, Edwin Kawilarang, Eko Tjokrojojo, Ghazi H.Yusuf (Alm), Gurmilang Kartasasmita, Hardojo F.S (Alm.), Ilya Arslan, Jaja Senjaya, Muh.Basyir, Masya Panjaitan (Alm.), Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Nehemia Lawalatta, Ridwan Suryadi, Riyanto Nurhadi, Robert M. Siahaan, Ruth Indah Rahayu, Salomo Panjaitan (putra alm. Mayjen Anumerta D.I. Pandjaitan), Sarjono Kartosuwiryo, Sugiarto Suparjo (Alm.), Suryo Susilo, Tatto.S. Prajamanggala, Tata Sintanauli (Alm), Tigor Siregar (Alm.), Tjokro Suprijanto (Alm.), Wageono, Yap Hong Gie, Zainal Hamid (Alm.), 

Anggota lain yang kemudian bergabung:
Faisal Saleh,  Ir. Ilham Aidit (putra D.N. Aidit, Ketua CC PKI),  Popiana Sari (Putri Murad Aidit, adik dari D.N. Aidit), Witaryono Setiadi Reksoprodjo, Dino Tribrata (Putra alm. Ir. Arief Munandar), Svetlana Dayani (Putri alm. Njoto, tokoh CC PKI), Wigati Wahyu Hidayati, Wahyuni Chandra Kirana (Putri alm. Jenderal KKO Hartono),  Tumpal S.P Sianipar, Unggul Budi Sambodo, Chatarine Pandjaitan - Panggabean (putri Mayjen. Anumerta D.I. Pandjaitan, Perry Omar Nurispraya (putra Marsekal TNI Omar Dhani), Emeria Tresnawati, Chalid Prawiranegara (Putra Syafruddin Prawiranegara, Pahlawan Nasional). Putut Tri Husodo.


Susunan Pengurus FSAB
(Setelah mengalami beberapa perubahan karena meninggalnya beberapa anggota pengurus)

Pembina
H.M. Taufiq Kiemas. Ketua MPR RI

Penasehat

Ketua : Agus Widjojo

Anggota:
Tatto Pradjamanggala
Tina Harun Kabier
Amelia A. Yani
Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip
Joesof Faisal 
Eko Tjokrodjojo
Djoko Purwogemboro
Yap Hong Gie

Pengurus Harian: 

Ketua                         : Suryo Susilo
Wakil Ketua              : Perry Omar Nurispraya
Wakil Ketua              : Sarjono Kartosuwiryo
Sekretaris I               : Robert M. Siahaan
Sekretaris II             : Gusti Ayu Made.Sadrinimanik
Bendahara I             : Ridwan Suryadi
Bendahara II            : Martinus Johan Mosi
Bidang.Humas        : Batara R Hutagalung
                                      Svetlana Dayani
                                      Wahyuni Chandra Kirana (Neni)
Bidang.Litbang       : Agustanzil Syahroezah
                                      Witaryono S.Reksoprodjo
                                      Dino Tribrata
Bid..Program/          : Ilya Arslan
Kegiatan                     Popiana Sari (Poppy)
                                      Unggul Budi Sambodo
Bid..Hub..Antar       : Ahmad Zahedi
Lemb.& Kemitraan : Faisal Saleh
  Suhardi Nurdin

Tanpa terasa, wadah ini tanggal 25 Mei 2013 berusia 10 tahun. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh FSAB. Selain menyelenggarakan seminar-seminar dan diskusi-diskusi, juga telah dilakukan berbagai pertemuan dengan penyelenggara Negara, seperti MPR, DPR dan tokoh-tokoh masyarakat. Berbagai kegiatan FSAB, yang hingga kini kurang mendapat perhatian media massa dan masyarakat, dapat dilihat di website FSAB: http://www.fsab.or.id

Dirgahayu FSAB. Lanjutkan upaya merajut kembali dan mempertahankan kesatuan serta persatuan Bangsa Indonesia!


Jakarta, 21 Mei 2013

==============================================



IKRAR  ANAK  BANGSA


KAMI BANGSA INDONESIA YANG TERGABUNG DALAM FORUM SILATURAHMI ANAK BANGSA BER-IKRAR:

1.     MENGHARGAI KESETARAAN SEGENAP WARGA NEGARA INDONESIA

2.     MENGHORMATI HAK ASASI DAN PERBEDAAN SETIAP WARGA NEGARA DALAM KEHIDUPAN BERSAMA SEBAGAI BANGSA INDONESIA

3.     BERSIKAP TIDAK MEWARISKAN KONFLIK DAN TIDAK MEMBUAT KONFLIK BARU.



JAKARTA, 5 MARET 2004

Ttd

FORUM SILATURAHMI ANAK BANGSA







1 comment:

Dasman Djamaluddin,SH,M.Hum said...

Menarik. Kalau saya didaftarkan sebagai anggota, lebih berterimakasih lagi. Terimakasih http://dasmandj.blogspot.com (http://dasmandjamaluddinshmhum.blogspot.com)