Disampaikan oleh Batara R. Hutagalung
Bidang Humas FSAB
Pendahuluan
Indonesia,
negeri seribu konflik. Mungkin tidak berlebihan menyebut angka seribu, melihat
maraknya konflik yang setiap hari dapat dibaca di media cetak dan dilihat di
televisi. Latar belakang dan penyebab terjadinya konflik-pun sangat beragam,
dari mulai konflik yang berlatar belakang atau berkedok agama, ras, etnis,
ideologi, sampai ke konflik-konflik yang menyangkut kehidupan sehari-hari,
seperti perebutan lahan parkir, ketersinggungan antar kelompok, tawuran antar
pelajar, antar mahasiswa, antar kampung, penggusuran lahan, dsb.
Pemerintah,
tokoh-tokoh politik, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dinilai tidak
sanggup menyelesaikan permasalahan yang mengakibatkan terjadinya berbagai
konflik, baik horisontal maupun vertikal. Bahkan dalam konflik-konflik tertentu,
seperti yang berlatar belakang atau berkedok agama, pemerintah terkesan
melakukan politik pembiaran, sehingga dinilai sengaja melakukan ini untuk
mengalihkan isu dari masalah-masalah besar lain yang dihadapi oleh pemerintah.
Banyak
konflik-konflik besar berakar di masa lalu, di sejarah, terutama yang
sehubungan dengan konflik ideolog, agama dan antar etnis, yang menjadi konflik
warisan. Beberapa konflik warisan memang tidak menjadi masalah besar di masa
ini, namun ganjalan ini masih terlihat, seperti antara etnis Sunda dengan etnis
Jawa. Di seluruh Jawa Barat dan Banten tidak akan ditemukan nama-nama jalan
seperti di daerah daerah lain, yaitu nama Gajah Mada, Hayam Wuruk dan
Majapahit. Akarnya ada di peristiwa yang dikenal sebagai Perang Bubat, yang
terjadi tahun 1357 (!). Lihat:
Demikian
juga ganjalan yang hingga kini masih dirasakan di Tanah Batak terhadap etnis
Minangkabau. Hal ini berakar pada peristiwa agresi tentara Padri ke Tanah Batak
Selatan tahun 1816, yang oleh sejumlah kalangan di Batak, yang menjadi penyebab
terpisahnya Tanah batak menjadi dua wilayah agama, yaitu Batak Selatan
mayoritasnya beragama Islam, dan Batak Utara mayoritasnya beragama Kristen. Lihat:
http://batarahutagalung.blogspot.com/2006/04/tuanku-rao-terror-agama-islam-mazhab.html
Sejarah
Indonesia mencatat, beberapa tahun setelah timbul gerakan gerakan nasional melawan
penjajahan Belanda, mulai muncul perbedaan pandangan mengenai cara melawan
penjajah, yang pada awalnya dapat dibagi menjadi dua kubu, yaitu yang dahulu
disebut Co (masih bersedia kooperasi dengan Belanda) dan Non Co (menolak
kooperasi dengan Belanda). Lihat:
Sejak
tahun 1946, setahun setelah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia yang melepaskan diri dari belenggu penjajahan
Belanda dan penduduk Jepang, konflik-konflik internal makin meruncing dengan
tindakan saling tangkap dan culik dan bahkan berujung kepada konflik bersenjata
di antara para pejuang kemerdekaan itu sendiri. Banayak pertentangan
bereskalasi ke konflik vertikal dan horizontal seperti a.I. yang terjadi di
Jawa Barat di mana awalnya Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo dan para pengikutnya
berjuang melawan Belanda, namun kemudian karena terjadi pandangan yang sangat
berbeda, terjadi konflik bersenjata dengan pemerintah RI.
Di
tahun 50-an, konflik antara para pejuang kemerdekaan di daerah-daerah di luar
Jawa dengan Pemerintah Pusat di Jakarta disebabkan karena adanya kesenjangan
ekonomi dan pembangunan antara pusat dan daerah. Konflik antara daerah dan
pusat juga bersekalasi ke konflik bersenjata, seperti yang dilakukan oleh
Tengku M. Daud Beureu'eh yang semasa agresi milter Belanda ke II, adalah
Gubernur Militer RI untuk Aceh. Demikian juga yang terjadi di Sumatera dan
Sulawesi dimana konflik memuncak dengan dinyatakan berdirinya Pemerintah Revolusioner
RI (PRRI) di Sumatera dengan tokohnya a.I. Syafruddin Prawiranegara SH., yang
selama agresi militer Belanda ke II tahun 1948-1949 memimpin Pemerintah Darurat
RI (PDRI), dan deklarasi PERMESTA di Sulawesi dengan tokohnya a.l. Kolonel TNI
Alex Evert Kawilarang, yang selama agresi militer II menjadi Wakil Gubernur
Militer untuk Sumatera Timur dan Tapanuli Selatan merangkap Panglima TNI
Teritorium VII.
Konflik-konflik
bersenjata tersebut berakhir dengan penumpasan PRRI, PERMESTA, DI/TII dll.
Kartosuwiryo tertangkap tahun 1962 dan dijatuhi hukuman mati, yang dilaksanakan
tidak lama setelah jatuhnya putusan pengadilan. Sementara konflik di Aceh dapat
diselesaikan dengan jalan damai.
Konflik-konflik
yang timbul setelah tahun 1965 mempunyai ciri berbeda, a.I. ideologi, dan
keagamaan serta isu separatisme yang semakin meruncing. Pada akhir
September/awal Oktober 1965 terjadi peristiwa yang dinamakan G30S/GESTOK,
dimana beberapa Perwira Tinggi TNI AD, yaitu Letjen A. Yani, Mayjen S. Parman,
Mayjen R. Suprapto, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen M.T. Haryono, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo menjadi korban. Partai Komunis Indonesia di bawah pimpinan D.N.
Aidit dituduh mendalangi peristiwa tersebut. Hingga kini peristiwa ini masih
sangat kontroversial karena ada beberapa versi yang masih menjadi perdebatan
baik di kalangan peneliti sejarah maupun di kalangan pelaku sejarah sendiri.
Setelah
peristiwa yang terakhir ini, bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya terpecah
menjadi dua, yaitu yang di tuduh mendukung G30S dan yang menentang PKI.
Akibatnya, ratusan ribu orang Indonesia yang di tuduh menjadi anggota atau
pendukung PKI ditangkap dan dibunuh tanpa proses. Jumlah korban tidak diketahui
dengan pasti. Di samping itu puluhan ribu orang dipenjara atau dibuang ke Pulau
Buru, juga tanpa ada proses pengadilan. Ratusan ribu keluarga terpecah belah. Puluhan
ribu anak-anak kehilangan orangtuanya secara paksa, dan puluhan tahun keturunan
mereka yang mendapat stempel PKI, kehilangan berbagai Hak Asasi mereka.
Melihat
latar belakang sejarah seperti ini, sampai sepuluh tahun yang lalu nampaknya
mustahil bagi anak-cucu dari mereka yang dahulu bertikai, untuk dapat melakukan
suatu rekonsiliasi. Sanggupkah mereka mengesampingkan dendam pribadi yang
didasari konflik warisan, dan mengedepankan kepentingan nasional? Sanggupkah
keturunan dari mereka yang tewas akibat konflik kekerasan dalam politik, bersikap
dan bertindak sebagai Negarawan, yaitu mendahulukan kepentingan Bangsa dan Negara?
Berdirinya Forum
Silaturahmi Anak Bangsa
Pada
hari Minggu tanggal 25 Mei 2003, setelah beberapa tahun dilakukan pendekatan
secara pribadi, berhasil diselenggarakan acara Silaturahmi yang dihadiri oleh 41
orang, termasuk putra-putri dari mereka yang tewas akibat konflik bersenjata
dan mereka yang dahulu sangat berseberangan dalam politik/ideologi. Mereka
ternyata dapat bertemu dalam suasana yang akrab, sehingga dapat di katakan
bahwa tampak secercah titik terang, yang memberi harapan baru bagi kelangsungan
kehidupan yang rukun bangsa Indonesia, yang sedang terancam bahaya disintegrasi akibat semakin
menguatnya politik aliran, sektarian, dan kedaerahan.
Mereka
adalah:
1.
Agus Widjojo,
Letjen TNI (Purn.). Putra Mayjen TNI (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo, Pahlawan
Revolusi
2. Agustanzil Sjahroezah. Putra Djohan Sjahroezah, Sekjen Partai Sosialis Indonesia (PSI).
2. Agustanzil Sjahroezah. Putra Djohan Sjahroezah, Sekjen Partai Sosialis Indonesia (PSI).
3.
Ahmad Zahedi. Cucu Tengku M. Daud Beureu'eh, Imam Persatuan Ulama Seluruh Aceh
(PUSA)/Gubernur Militer RI semasa agresi militer Belanda II.
4.
Amelia A. Yani.
Putri JenderaL TNI (Anumerta) Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi.
5.
Arief Moenandar
(Alm.), Ir., alumnus Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa, Moskow.
6.
Ashoka Siahaan,
Pemuda Panca Marga (PPM).
7.
Bambang Indartono,
Ir., alumnus Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa, Moskow.
8.
Batara R,
Hutagalung. Putra Letkol TNI (Purn.) Dr. W. Hutagalung, mantan
Kwartiermeestergeneral Staf Q TNI 1949 - 1950.
9.
Budi Dede
Wiramihardja (Alm).
10. Dadeng Adikarna. Putra Wiranagapati, mantan
PanglimaDI/TII.
11. Djoko Purwogembono, mantan Ketua Umum Pemuda Panca
Marga (PPM).
12. Edwin Kawilarang. Putra Kolonel Alex E.
Kawilarang, mantan Panglima TNI Teritorium VII/tokoh PERMESTA.
13. Eko Tjokrodjojo. Mantan aktifis PMKRI (Persatuan
Mahasiswa Katolik RI).
14. Ghazi Hussien Yoesoef (Alm). Putra Hussien Yoesoef,
mantan Panglima TNI Divisi X Sumut/Panglima DI/TII Aceh.
15. Gurmilang Kartasasmita, dr. Putra Mayjen TNI
(Purn.) Didi Kartasasmita.
16. Hardoyo Fredi Suwardi (Alm.). Mantan Ketua Umum
CGMI/Ketua Presidium PPMI.
17. Ilya Arslaan Sjahroezah. Putra alm. Djohan
Sjahroezah, Sekjen PSI.
18. Jaya Senjaya. Putra Senjaya, Mantan Panglima
DI/TII.
19. Joesoef Faisal, Pendiri Pemuda Panca Marga (PPM).
20. Masya Pandjaitan (Alm.). Putri Mayjen TNI (anumerta)
D.I. Pandjaitan, Pahlawan Revolusi.
21. Moh. Basyir. Cucu H.O.S. Tjokroaminoto,
Pahlawan Nasional.
22. Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Dr. Putri Mayjen TNI (Anumerta)
Sutojo Siswomihardjo, Pahlawan Revolusi.
23. Nehemiah Lawalatta. Mantan Sekjen Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (GMNI).
24. Rianto N. Haryono. Putra (Alm.) Mayjen. (Anumerta)
M.T. Haryono, Pahlawan Revolusi.
25. Ridwan Suryadi, Pemuda Khatolik.
26. Robert M. Siahaan, PPM.
27. Ruth Indiah Rahayu, Women Communication & In formation Centre.
28. Salomo Pandjaitan, Dipl.-Ing. Putra Mayjen TNI (Anumerta)
D.I. Pandjaitan. Pahlawan Revolusi.
29. Sarjono Kartosuwiryo, Ir. Putra (Alm.) Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo, . Imam DI/NII
30. Soleh Denny Alamsyah Ratuprawiranegara. PPM. Putra (Alm.)
Alamsyah Ratuprawiranegara.
31. Sugiarto Suparjo, Drg. (Alm.). Putra alm. Brigjen
"Jenderal Merah" Suparjo.
32. Suwardi Nurdin, PPM.
33. Suryo Susilo, PPM. Putra Kol. R Ngaeran.
34. Tata Sintanauli Siregar (Alm). Putra seorang Digulis.
35. Tatto S. Pradja Manggala. Tokoh peristiwa Puskav,
putra alm. Kolonel TNI Suhanda Brata Manggala.
36. Tigor Siregar (Alm). Pendiri PPM. Putra seorang Digulis..
37. Tina Harun Kabier (Alm). Cucu Aruji Kartawinata,
mantan Menteri Muda Pertahanan RI (1947).
38. Tjokro Soeprijanto (Alm.). Pendiri Forum Komunikasi
Putra-putri TNI (FKPPI).
39. Wageono. Keponakan Daino Pathuk.
40. Yap Hong Gie. Putra Yap Thiam Hien, SH.
41. Zainal Yusuf. Forum Komunikasi Putra Putri TNI
(FKPPI)
Disepakati
pembentukan wadah yang dinamakan Forum
Silaturahmi Anak Bangsa, disingkat: FSAB,
yang meneruskan semangat yang timbul dalam pertemuan tersebut. Dalam
Silaturahmi berikutnya pada 23 Agustus 2003 dan kemudian pada 22 September
2003, disahkan visi dan misi serta Pedoman Dasar FSAB. Kemudian ditetapkan para
Pemrakarsa (mereka yang melakukan pembicaraan-pembicaraan awal sebelum
pertemuan resmi pertama), dan Dewan Pendiri serta susunan Badan Pelaksana
Organisasi.
SEMANGAT
FSAB:
BERHENTI MEWARISKAN KONFLIK – TIDAK MEMBUAT
KONFLIK BARU!
Pemrakarsa Silaturahmi:
Agus
Widjojo, Ahmad Zahedi, Ashoka Siahaan, Djoko Purwongemboro, Eko Tjokrodjojo,
Ghazi Hussien Yoesoef (Alm), Hardoyo Fredi Suwardi (Alm), Yoesoef Faisal, Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Nehemia Lawalatta, Ridwan Soeryadi, Sarjono Kartosuwiryo,
M.Soleh Denny Alamsyah, Sugiarto Supardjo (Alm), Suryo Susilo, Tata Sintanauli
Siregar (Alm.), Tatto.S.Pradjamanggala, Tigor Siregar (Alm.), Yap Hong Gie dan Zainal
Hamid (Alm.).
Pendiri FSAB:
Agus
Widjojo, Agustanzil Syahroezah, Amelia A.Yani, Arief Moenandar (Alm), Batara
Richard Hutagalung, Djoko Poerwongemboro, Edwin Kawilarang, Eko Tjokrojojo,
Ghazi H.Yusuf (Alm), Gurmilang Kartasasmita, Hardojo F.S (Alm.), Ilya Arslan,
Jaja Senjaya, Muh.Basyir, Masya Panjaitan (Alm.), Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip, Nehemia
Lawalatta, Ridwan Suryadi, Riyanto Nurhadi, Robert M. Siahaan, Ruth Indah
Rahayu, Salomo Panjaitan (putra alm. Mayjen Anumerta D.I. Pandjaitan), Sarjono
Kartosuwiryo, Sugiarto Suparjo (Alm.), Suryo Susilo, Tatto.S. Prajamanggala,
Tata Sintanauli (Alm), Tigor Siregar (Alm.), Tjokro Suprijanto (Alm.), Wageono, Yap
Hong Gie, Zainal Hamid (Alm.),
Anggota lain yang kemudian bergabung:
Faisal
Saleh,
Ir. Ilham Aidit
(putra D.N. Aidit, Ketua CC PKI),
Popiana Sari (Putri Murad Aidit, adik dari D.N. Aidit), Witaryono Setiadi Reksoprodjo, Dino Tribrata (Putra alm. Ir. Arief Munandar),
Svetlana Dayani (Putri alm. Njoto, tokoh CC PKI), Wigati Wahyu Hidayati,
Wahyuni Chandra Kirana (Putri alm. Jenderal KKO Hartono), Tumpal S.P Sianipar, Unggul Budi
Sambodo, Chatarine Pandjaitan - Panggabean (putri Mayjen. Anumerta D.I.
Pandjaitan, Perry Omar Nurispraya (putra Marsekal TNI Omar Dhani), Emeria
Tresnawati, Chalid Prawiranegara (Putra Syafruddin Prawiranegara, Pahlawan Nasional). Putut Tri Husodo.
Susunan Pengurus FSAB
(Setelah
mengalami beberapa perubahan karena meninggalnya beberapa anggota pengurus)
Pembina
H.M. Taufiq Kiemas. Ketua MPR RI
Penasehat
Ketua : Agus Widjojo
Anggota:
Tatto
Pradjamanggala
Tina
Harun Kabier
Amelia
A. Yani
Ratnawati (Nani) Nurrachman Oerip
Joesof
Faisal
Eko
Tjokrodjojo
Djoko
Purwogemboro
Yap
Hong Gie
Pengurus Harian:
Ketua :
Suryo Susilo
Wakil Ketua : Perry Omar Nurispraya
Wakil Ketua : Sarjono Kartosuwiryo
Sekretaris I :
Robert M. Siahaan
Sekretaris II : Gusti Ayu Made.Sadrinimanik
Bendahara I : Ridwan
Suryadi
Bendahara II :
Martinus Johan Mosi
Bidang.Humas : Batara
R Hutagalung
Svetlana Dayani
Wahyuni Chandra Kirana (Neni)
Bidang.Litbang :
Agustanzil Syahroezah
Witaryono
S.Reksoprodjo
Dino Tribrata
Bid..Program/ : Ilya Arslan
Kegiatan Popiana
Sari (Poppy)
Unggul Budi Sambodo
Bid..Hub..Antar : Ahmad
Zahedi
Lemb.& Kemitraan : Faisal Saleh
Suhardi
Nurdin
Tanpa
terasa, wadah ini tanggal 25 Mei 2013 berusia 10 tahun. Berbagai kegiatan telah
dilakukan oleh FSAB. Selain menyelenggarakan seminar-seminar dan
diskusi-diskusi, juga telah dilakukan berbagai pertemuan dengan penyelenggara
Negara, seperti MPR, DPR dan tokoh-tokoh masyarakat. Berbagai kegiatan FSAB,
yang hingga kini kurang mendapat perhatian media massa dan masyarakat, dapat
dilihat di website FSAB: http://www.fsab.or.id
Dirgahayu FSAB. Lanjutkan upaya merajut
kembali dan mempertahankan kesatuan serta persatuan Bangsa Indonesia!
Jakarta,
21 Mei 2013
==============================================
==============================================
IKRAR ANAK BANGSA
KAMI BANGSA INDONESIA YANG TERGABUNG DALAM FORUM SILATURAHMI ANAK
BANGSA BER-IKRAR:
1. MENGHARGAI KESETARAAN SEGENAP WARGA NEGARA
INDONESIA
2. MENGHORMATI HAK ASASI DAN PERBEDAAN SETIAP
WARGA NEGARA DALAM KEHIDUPAN BERSAMA SEBAGAI BANGSA INDONESIA
3. BERSIKAP TIDAK MEWARISKAN KONFLIK DAN TIDAK
MEMBUAT KONFLIK BARU.
JAKARTA, 5 MARET 2004
Ttd
1 comment:
Menarik. Kalau saya didaftarkan sebagai anggota, lebih berterimakasih lagi. Terimakasih http://dasmandj.blogspot.com (http://dasmandjamaluddinshmhum.blogspot.com)
Post a Comment